Berita Minyak dan Gas serta Energi, Kamis, 18 Desember 2025: Minyak pada titik terendah bertahun-tahun di tengah harapan perdamaian di Ukraina

/ /
Berita Minyak dan Gas serta Energi, Kamis, 18 Desember 2025: Acara Kunci Sektor Energi Global
5
Berita Minyak dan Gas serta Energi, Kamis, 18 Desember 2025: Minyak pada titik terendah bertahun-tahun di tengah harapan perdamaian di Ukraina

Berita Terkini Sektor Minyak dan Gas serta Energi pada Kamis, 18 Desember 2025: minyak, gas, listrik, EBT, batubara, kilang dan peristiwa kunci pasar global Sektor Energi.

Meski di tengah bulan Desember, sektor bahan bakar dan energi global mengalami perubahan signifikan. Harga minyak telah jatuh ke level terendah dalam beberapa tahun karena surplus pasokan dan sinyal kemajuan dalam penyelesaian konflik di Ukraina. Pasar gas Eropa mengalami penurunan harga meskipun cuaca dingin, berkat impor gas alam cair (LNG) yang mencatat rekor. Permintaan global terhadap batubara, meskipun telah mencapai puncak baru pada tahun 2025, mendekati batas maksimum dan diperkirakan akan mulai menurun seiring percepatan transisi menuju sumber energi terbarukan. Dalam konteks ini, pemerintah dan perusahaan terus menyesuaikan strategi mereka: dari upaya mengurangi ketegangan sanksi hingga investasi dalam minyak, gas, dan energi “hijau”.

Minyak dan Produk Minyak

Pasar minyak global tetap berada di bawah tekanan: harga minyak mentah jenis Brent bertahan di sekitar $60 per barel, sedangkan WTI diperdagangkan sekitar $55 per barel — ini adalah level terendah dalam beberapa tahun terakhir. Faktor utama penurunan harga minyak adalah:

  • Prediksi surplus pasokan: Untuk 2026 diperkirakan produksi akan melebihi permintaan, karena negara-negara di luar OPEC meningkatkan produksi hingga mencapai volume rekor.
  • Harapan perdamaian di Ukraina: Kemajuan dalam negosiasi antara Rusia dan Ukraina menciptakan harapan untuk pelonggaran sanksi dan kembalinya sebagian ekspor minyak Rusia ke pasar.
  • Kebijakan OPEC+: Aliansi OPEC+ setelah bulan-bulan peningkatan produksi secara bertahap memutuskan untuk mengambil jeda pada kuartal I tahun 2026, menunjukkan kehati-hatian di tengah risiko kelebihan produksi.

Akibat dari faktor-faktor ini, harga minyak mengalami penurunan yang signifikan dibandingkan dengan awal tahun. Brent dan WTI bisa menyelesaikan tahun 2025 di nilai terendah sejak 2020. Penurunan harga bahan mentah telah tercermin di pasar produk minyak: bensin dan diesel juga mengalami penurunan. Di AS, harga eceran bensin turun di sebagian besar negara bagian menjelang musim liburan, yang mengurangi pengeluaran konsumen. Pabrik pengolahan minyak Eropa yang beralih ke minyak alternatif alih-alih minyak Rusia beroperasi dengan pasokan bahan baku yang stabil. Secara keseluruhan, pabrik pengolahan minyak (NPP) di dunia mempertahankan tingkat pengolahan yang tinggi, memanfaatkan harga minyak yang lebih rendah, meskipun permintaan bahan bakar meningkat dengan laju yang sedang. Margin pengolahan tetap stabil, dan tidak ada kekurangan bensin atau diesel di pasar global.

Pasar Gas dan LNG

Di pasar gas, terjadi situasi paradoks: meskipun musim dingin yang awal dan dingin, harga gas alam di Eropa terus menurun. Harga di hub Belanda TTF turun di bawah €30 per megawatt-jam, level terendah sejak musim semi 2024. Ini hampir 90% lebih rendah dari puncak krisis 2022 dan 45% lebih rendah dari harga di awal 2025. Alasan utamanya adalah arus masuk LNG yang deras, terutama dari AS, yang mengimbangi penurunan pasokan pipa dari Rusia. Penyimpanan gas di Uni Eropa terisi sekitar 75%, yang meskipun di bawah rata-rata multi-tahun, bersama dengan impor LNG yang mencatat rekor, menyediakan cukup sumber daya untuk harga yang stabil.

  • Eropa: Volume LNG yang tinggi menurunkan harga gas, bahkan dengan cadangan yang rendah di penyimpanan. AS pada tahun 2025 menyuplai lebih dari setengah impor LNG Eropa, mengalihkan pasokan dari pasar Asia. Hal ini menyebabkan penyempitan yang tajam antara harga Eropa dan gas AS yang lebih murah.
  • AS: Di Amerika Utara, sebaliknya, kontrak berjangka gas meningkat di tengah proyeksi cuaca dingin yang ekstrem. Harga Henry Hub melewati $5 per MMBtu karena ancaman badai kutub dan meningkatnya permintaan untuk pemanasan. Namun secara keseluruhan, produksi domestik di AS tetap pada tingkat tinggi, menahan kenaikan harga saat cuaca kembali normal.
  • Asia: Pasar gas Asia pada akhir tahun relatif seimbang. Permintaan di negara-negara kunci (Cina, Korea Selatan, Jepang) terukur, yang memungkinkan pengalihan pasokan LNG tambahan ke Eropa. Harga di hub Asia (misalnya, JKM) tetap stabil dan tidak mengalami lonjakan tajam, karena persaingan untuk pengiriman antara Eropa dan Asia melemah dibandingkan dengan tahun 2022.

Dengan demikian, pasar gas bumi global memasuki musim dingin jauh lebih percaya diri dibandingkan tahun lalu: cadangan dan pasokan impor cukup untuk memenuhi kebutuhan bahkan selama cuaca dingin. Fleksibilitas pasar LNG memainkan peran penting — tanker dapat dengan cepat mengubah arah menuju Eropa, meredakan ketidakseimbangan regional. Dengan mempertahankan suhu rata-rata, situasi harga bagi konsumen gas dijanjikan tetap menguntungkan.

Sektor Batubara

Sektor batubara tradisional pada tahun 2025 mencapai puncak konsumsi historis, tetapi prospeknya menunjukkan penurunan yang cepat. Menurut International Energy Agency (IEA), konsumsi batubara global pada 2025 naik sekitar 0,5%, mencapai rekor 8,85 miliar ton. Batubara tetap menjadi sumber terbesar pembangkit listrik di dunia, namun pangsa pasarnya akan mulai menyusut: IEA memprediksi permintaan batubara akan mencapai plafon dan secara bertahap menurun menuju tahun 2030 seiring dengan pertumbuhan energi terbarukan dan pembangkit nuklir. Tren regional menunjukkan arah yang berbeda:

  • India: Konsumsi batubara menurun (hanya untuk ketiga kalinya dalam 50 tahun terakhir) karena musim monsun yang sangat kuat. Curah hujan yang melimpah meningkatkan produksi pembangkit listrik tenaga air dan menurunkan permintaan listrik dari PLTU berbasis batubara.
  • AS: Penggunaan batubara, sebaliknya, meningkat. Hal ini didorong oleh harga gas alam yang lebih tinggi pada paruh pertama tahun dan dukungan politik untuk sektor batubara. Pemerintahan baru di Washington telah menangguhkan penutupan beberapa pembangkit listrik berbasis batubara, yang sementara meningkatkan permintaan domestik untuk batubara sebagai sumber listrik.
  • Cina: Sebagai konsumen batubara terbesar di dunia, mempertahankan konsumsi pada level tahun lalu. Cina membakar 30% lebih banyak batubara dibandingkan seluruh dunia, namun di sana juga diperkirakan akan terjadi penurunan bertahap menjelang akhir dekade seiring dengan masuknya kapasitas energi angin, solar, dan nuklir yang besar.

Dengan demikian, tahun 2025 kemungkinan akan menjadi puncak bagi batubara. Persaingan yang semakin ketat dari gas (dimana memungkinkan) dan terutama sumber energi terbarukan akan menggeser batubara dari neraca energi banyak negara. Namun, dalam jangka pendek, batubara tetap dibutuhkan di ekonomi berkembang Asia, di mana pertumbuhan konsumsi energi masih melebihi pembangunan kapasitas bersih baru.

Energia dan Energi Terbarukan

Sektor energi terus bertransformasi di bawah pengaruh agenda iklim dan fluktuasi harga bahan baku. Pada 2025, pangsa sumber energi terbarukan (EBT) dalam produksi listrik global mencapai level tertinggi baru: banyak negara telah memperkenalkan kapasitas rekor untuk pembangkit listrik tenaga surya dan angin. Contohnya, Cina secara aktif meningkatkan produksi solar, sementara di Eropa dan AS telah dibangun proyek ladang angin lepas pantai dan fotovoltaik baru, didorong oleh dukungan pemerintah dan investasi swasta. Di akhir tahun, investasi global dalam energi “hijau” tetap pada level tinggi, mendekati investasi dalam bahan bakar fosil.

Namun, perkembangan cepat EBT menghadirkan tantangan untuk memastikan stabilitas sistem energi. Musim dingin ini di Eropa menunjukkan faktor variabilitas cuaca: periode angin lemah dan hari pendek meningkatkan beban pada pembangkit listrik tradisional. Di awal musim dingin, negara-negara UE dipaksa untuk meningkatkan produksi gas dan batubara akibat rendahnya produksi dari turbin angin pada latar belakang anti-cyclone. Ini sementara meningkatkan harga listrik di beberapa wilayah. Namun, berkat peningkatan kapasitas EBT dan proporsi gas yang tinggi dalam neraca, tidak terjadi masalah serius dengan pasokan energi. Negara-negara dan perusahaan energi juga berinvestasi dalam sistem penyimpanan energi dan modernisasi jaringan, untuk meredakan puncak dan mengintegrasikan energi terbarukan.

Komitmen iklim terus mendikte tren: pada konferensi iklim global baru-baru ini (COP30) di Brasil, terdengar seruan untuk mempercepat transisi energi. Sejumlah negara sepakat untuk melakukan tindakan guna melipatgandakan penerapan EBT menjelang tahun 2030 dan meningkatkan efisiensi energi. Selain itu, telah terjadi kebangkitan minat terhadap energi nuklir: di berbagai wilayah sedang dibangun pembangkit nuklir baru dan memperpanjang usia pembangkit yang sudah ada untuk memastikan pembangkitan dasar tanpa emisi. Secara keseluruhan, sektor energi bergerak menuju masa depan yang lebih bersih dan berkelanjutan, meskipun periode transisi memerlukan penyeimbangan antara keandalan pasokan dan tujuan lingkungan.

Geopolitik dan Sanksi

Faktor-faktor geopolitik terus memiliki dampak yang kuat pada pasar energi. Fokus utama adalah pada konflik di Eropa Timur dan sanksi terkait:

  • Negosiasi untuk perdamaian: Di bulan Desember, terjadi kemajuan signifikan dalam dialog untuk menyelesaikan situasi di Ukraina sejak awal konflik. AS menyatakan kesiapannya untuk memberikan jaminan keamanan kepada Ukraina ala NATO, dan diplomat Eropa melaporkan adanya negosiasi yang konstruktif. Harapan kemungkinan gencatan senjata meningkat, meski Rusia menyatakan tidak akan melakukan konsesi territorial. Harapan yang meningkat untuk penghentian aksi militer memunculkan pembicaraan tentang kemungkinan penghapusan atau pelonggaran sanksi energi terhadap Rusia di masa mendatang.
  • Tekanan sanksi: Pada saat yang sama, negara-negara barat menunjukkan bahwa mereka siap untuk meningkatkan tekanan jika dialog damai menemui jalan buntu. Washington, dalam hal ini, telah mempersiapkan paket sanksi baru terhadap sektor energi Rusia, yang bisa diberlakukan jika Moskow menolak syarat yang diusulkan dalam perjanjian damai. Sebelumnya, di musim gugur, AS dan Inggris telah memberlakukan pembatasan tambahan terhadap raksasa minyak Rusia “Rosneft” dan “Lukoil”, menyulitkan mereka untuk menarik investasi dan teknologi.
  • Risiko untuk infrastruktur: Tindakan militer dan sabotase terus menjadi ancaman bagi pasokan energi. Pihak Ukraina dalam seminggu terakhir telah meningkatkan serangan drone terhadap objek infrastruktur minyak jauh di dalam Rusia. Khususnya, terjadi kebakaran di kilang minyak di Krasnodar Krai dan di Volga akibat serangan drone. Meskipun insiden-insiden ini memiliki dampak lokal yang tidak signifikan terhadap total volume pasokan bahan bakar, mereka menunjukkan bahwa risiko militer tetap ada bagi industri sampai perdamaian yang kokoh terwujud.
  • Venezuela: Di Amerika Latin, geopolitik juga memainkan peran penting dalam pasar minyak. Setelah pelonggaran sebagian sanksi terhadap Venezuela pada musim gugur, Amerika Serikat kembali memperketat pengawasan terhadap kepatuhan syarat-syarat perdagangan. Di bulan Desember, terjadi insiden penahanan tanker yang mengangkut minyak Venezuela karena dugaan pelanggaran syarat lisensi. Perusahaan negara PDVSA menghadapi tuntutan dari pelanggan untuk meningkatkan diskon dan mengubah syarat pengiriman. Ini menyulitkan peningkatan ekspor Venezuela, meskipun baru-baru ini AS memberikan izin untuk meningkatkan produksi sementara sebagai imbalan untuk konsesi politik dari Caracas.

Secara keseluruhan, ketegangan sanksi antara Rusia dan Barat, serta perbedaan internasional lainnya, terus menambah ketidakpastian di sektor energi global. Para investor dengan cermat mengikuti berita dari front politik, karena setiap perubahan — dari terobosan dalam negosiasi damai hingga pemberlakuan sanksi baru — dapat berdampak signifikan pada harga minyak, gas, dan bahan mentah lainnya.

Berita Korporat dan Proyek

Perusahaan oil and gas terbesar dan proyek energi di dunia menyelesaikan tahun ini dengan sejumlah peristiwa dan keputusan penting:

  • Shell keluar dari kilang Jerman: Shell yang berbasis di Inggris-Belanda telah kembali berupaya menjual sahamnya (37,5%) di kilang minyak Schwedt di Jerman. Kilang ini sebelumnya dikelola oleh “Rosneft” dan beralih ke pengelolaan pemerintah Jerman setelah tahun 2022. Shell mencari pembeli sebelum akhir Januari, berusaha untuk benar-benar menjauh dari aset yang terkait dengan risiko sanksi.
  • Pemosisian Timur Tengah: Di Kuwait, perusahaan layanan minyak dan gas Action Energy (AEC) telah sukses melakukan penawaran umum perdana di bursa lokal dan mengumumkan rencana ekspansi regional. Dana yang diperoleh perusahaan akan dialokasikan untuk memperluas layanan pengeboran dan pemeliharaan lapangan baik di Kuwait maupun di negara-negara tetangga yang meningkatkan produksi minyak dan gas. Langkah ini mencerminkan penguatan posisi bisnis Timur Tengah di tengah peningkatan produksi minyak di wilayah tersebut.
  • Kontrak gas baru di Eropa: Pembeli Eropa terus mendiversifikasi pasokan gas. Perusahaan negara Hungaria MVM telah menandatangani kontrak 5 tahun dengan Chevron AS untuk memasok gas cair sekitar 2 miliar m3 per tahun. LNG ini akan masuk melalui terminal di Eropa, mengurangi ketergantungan Hungaria pada gas pipa dan memperkuat keamanan energi negara tersebut. Transaksi ini menunjukkan penguatan kerja sama antara AS dan Eropa Timur di pasar gas.

Secara keseluruhan, perusahaan minyak dan gas menyesuaikan diri dengan realitas pasar baru: beberapa merevisi aset dan portofolio terkait risiko geopolitik (seperti Shell di Eropa), sementara lainnya memanfaatkan kondisi yang menguntungkan untuk pertumbuhan (seperti pemain Timur Tengah). Sementara itu, investasi dalam proyek minyak dan gas tradisional serta arah transisi energi terus berlanjut. Para raksasa industri diharapkan untuk menyeimbangkan antara profitabilitas jangka pendek dan tren jangka panjang dalam dekarbonisasi, yang juga menentukan keputusan strategis utama di sektor energi menjelang tahun 2026.


open oil logo
0
0
Tambahkan komentar:
Pesan
Drag files here
No entries have been found.